Back to home

Sabtu, 12 Februari 2011

KAṆḌINA-JĀTAKA

Kisah ini diceritakan oleh Sang Bhagava ketika berada di Jetavana mengenai godaan-godaan mantan istri para bhikkhu. “Oh, para bhikkhu, karena wanita-wanita inilah di masa lampau kalian menemui ajal dan dipanggang dalam bara api,” kata Sang Bhagava. Para bhikkhu kemudian meminta penjelasan dari ucapan Buddha tersebut. Buddha pun menjelaskan apa yang telah ditutupi oleh tumimbal lahir.
Pada suatu ketika di kerajaan Magadha, raja sedang berdiam di Rajagaha. Saat itu musim panen telah tiba dan berbahaya bagi para rusa untuk berdiam di hutan dekat ladang-ladang petani. Oleh karena itu rusa-rusa tersebut pergi menuju pedalaman hutan menjauhi ladang petani.
Dikisahkan hiduplah seekor rusa jantan yang jatuh cinta kepada seekor rusa betina yang berasal dari hutan dekat sebuah desa. Tergerak oleh rasa cintanya, rusa jantan itu mengikuti rusa betina kembali ke kawanannya di hutan dekat desa. Rusa betina tersebut berkata, “Anda adalah seekor rusa jantan biasa dan lingkungan di sekitar desa-desa penuh dengan jebakan dan bahaya. Oleh karena itu janganlah anda mengikuti kami.”
Tetapi karena besar rasa cintanya kepada rusa betina, dia tetap mengikuti rusa betina itu kembali ke hutan desa. Ketika para petani menyadari bahwa telah tiba saatnya para rusa kembali dari hutan pedalaman ke hutan desa, mereka segera menyiapkan jebakan atau berburu secara terbuka. Mencium bau manusia, si rusa betina membiarkan rusa jantan berjalan terlebih dahulu di depannya. Melihat buruannya si pemburu segera melepaskan sebuah anak panah tepat menuju si rusa jantan. Rusa betina segera melarikan diri secepat kilat. Kemudian si pemburu keluar dari tempat persembunyiannya, menggorok dan menguliti si rusa jantan dan menyalakan api untuk memanggang daging segar yang baru diperolehnya. Selesai makan dan minum sampai puas dia membawa sisa daging untuk diberikan kepada anak-anaknya.
Saat itu Bodhisatta terlahir sebagai peri hutan yang berdiam di pucuk pepohonan dan dia melihat apa yang telah terjadi. “Bukan karena ayah atau ibunya, tetapi nafsulah yang telah menghancurkan rusa bodoh ini. Permulaan dari nafsu memang menyenangkan tetapi akan berakhir dengan kesedihan dan penderitaan…”
Cerita berakhir dan Buddha menghubungkan koneksi keduanya dengan berkata, “Pada saat itu bhikkhu yang jatuh cinta adalah si rusa jantan, mantan istrinya adalah si rusa betina muda, dan Aku sendiri adalah peri hutan.”
***

Tidak ada komentar: