Back to home

Sabtu, 12 Februari 2011

LAKKHAṆA-JĀTAKA

Pict source: http://www.jathakakatha.org/english/index.php?option=com_content&view=article&id=125:11-lakkhana-jathaka&catid=42:1-50&Itemid=89
*****
Dikisahkan pada suatu ketika Devadatta pergi meninggalkan Persaudaraan dengan lima ratus pengikutnya dan berdiam di Gaya-sisa. Kemudian pada saat Buddha mengetahui bahwa kelima ratus bhikkhu pengikut Devadatta mulai menyadari kekeliruan mereka, Buddha mengutus dua siswa utamaNya dan berkata, “Sariputta, lima ratus siswa-siswamu yang telah ditipu oleh Devadatta sekarang telah memiliki pengetahuan yang lebih matang. Pergilah dengan sejumlah bhikkhu, ajarkanlah Kebenaran pada mereka, tunjukkanlah pada para pengembara ini Jalan dan Buah Pencapaian ini, dan bawalah mereka kembali bersamamu.”
Kemudian Sariputta beserta beberapa bhikkhu pergi menemui murid-murid Devadatta, mengajarkan Dhamma pada mereka, dan akhirnya berhasil membawa mereka kembali menemui Buddha di hutan bamboo. Para bhikkhu yang melihat kedatangan dan keberhasilan Sariputta membawa para bhikkhu junior kembali memuji Yang Mulia Sariputta.
“Ini bukanlah pertama kalinya, o para bhikkhu, saat kemenangan Sariputta membawa kembali para pengikutnya; seperti kemenangan yang telah dilakukannya jauh di kehidupan di masa lampau. Demikian pula ini bukan pertama kalinya saat dimana Devadatta kehilangan semua pengikutnya, di kehidupan lampau,” jawab Sang Bhagava.
Para bhikkhu kemudian memohon agar Buddha menjelaskan perihal ini kepada mereka.
Pada suatu ketika di sebuah kota bernama Rajagaha di kerajaan Magadha, Bodhisatta terlahir sebagai seekor rusa jantan. Dia berdiam di dalam hutan sebagai pemimpin sekawanan rusa yang berjumlah seribu ekor. Dia memiliki dua putra, masing-masing bernama si Untung dan si Hitam. Ketika dia bertambah tua, dia pun memberikan posisi kepemimpinannya kepada dua anaknya, masing-masing dengan lima ratus rusa pengikut. Maka, sekarang posisi pemimpin berada di kedua rusa muda tersebut.
Kemudian musim panen dimulai. Ketika hasil panen sudah siap diambil, akan menjadi sangat berbahaya bagi rusa-rusa di hutan sekitar ladang. Keinginan untuk membunuh hewan yang merusak dan memakan hasil panen mereka, para petani dan pemburu menggali lubang, menempatkan jebakan, dan memasang berbagai perangkap lainnya sehingga banyak rusa yang terbunuh pada musim ini.
Oleh karena itu, ketika Bodhisatta menyadari bahwa musim panen telah tiba, dia berkata kepada kedua putranya, “Anak-anakku, sekarang musim panen telah tiba dan banyak rusa yang menemui ajalnya pada musim ini. Kami yang sudah tua akan bersembunyi di salah satu tempat; tetapi kalian berdua sebaiknya pergi menjauh menuju pegunungan bersama-sama dengan para pengikut kalian dan kembali lagi kemari setelah hasil panen diambil.”
“Baiklah,” jawab kedua anaknya, dan mereka pun pergi bersama dengan rombongannya masing-masing.
Dikisahkan bahwa manusia yang tinggal di sepanjang rute perjalanan sudah cukup mengetahui bahwa para rusa akan melalui rute yang sama untuk menuju pegunungan. Mereka pun memasang berbagai perangkap, memanah, dan membunuh banyak rusa. Si hitam yang bodoh, tidak pernah mengindahkan saat yang tepat untuk bepergian. Dia memimpin rusa-rusa pengikutnya saat dini dan malam hari, mendekati perbatasan-perbatasan desa. Para petani, entah itu secara sembunyi-sembunyi atau terang-terangan, berhasil membunuh sejumlah kawanan si hitam. Akhirnya setelah melalui berbagai macam jebakan dan perburuan, dia berhasil mencapai hutan pegunungan bersama dengan sedikit kawanan.
Di lain pihak, si untung bersikap cermat dan bijaksana. Dia tidak pernah mendekati batas-batas desa. Dia pun tidak bepergian saat siang, dini atau malam hari. Hanya pada saat tengah malam buta dia mulai melakukan perjalanan dan hasilnya adalah dia berhasil membawa semua rusa pengikutnya mencapai hutan pegunungan.
Empat bulan kemudian, musim panen telah berlalu. Mereka pun siap kembali. Dalam perjalanan kembali si hitam masih mengulangi kesalahan yang sama hingga akhirnya hanya dia sendiri yang berhasil pulang. Sedangkan si untung tidak kehilangan satu pun anggota rombongannya.
Menutup penjelasanNya, Buddha kemudian membuka tabir tumimbal lahir dan mengatakan, “Devadatta adalah si hitam, para pengikutnya adalah para pengikut si hitam; Sariputta adalah si untung, dan para pengikutnya adalah para bhikkhu pengikutKu, ibu Rahula adalah ibu si hitam dan si untung, dan Aku sendiri adalah rusa jantan ayah mereka.”
*****
Source:

Tidak ada komentar: